Langsung ke konten utama

Pengurus Mushala Nurul Ihsan Kutianyia Sungai Nanam Terus Berjuang Membangun Berbagai Fasilitas Mushala

Penerbit Berita Doni G'Malayu
Kabar Gumanti tv selasa,28/03/2023. 20:45 WIB.

Jakarta Gumanti TV–Pembangunan tempat wudhuk Mushala Nurul Ihsan Kutianyie yang berlokasi di Sawah Jorong Pasa, Nagari Sungai Nanam, Kecamatan Lembah Gumanti sejak bulan Februari 2023 hingga sekarang terus berjalan.Pembangunan tempat wudhu dan toilet saat ini sedang dibangun telah mencapai pekerjaan 70 persen.

Dan telah layak dimamfaatkan oleh masyarakat dan jamaah ,walaupun masih banyak kekurangan diantaranya belum dikeramik,dicat,diloteng dan satu ruangan belum diberi atap.Karena masih sangat membutuhkan uluran tangan dari para dermawan.

Mushala Nurul Ihsan Sejak pertama kali berdiri pada tahun 2015 hingga sekarang ,dengan segala keterbatasan pengurus terus berupaya berjuang untuk menjadikan mushalla yang lebih baik dan representative.


Mushala ini berdiri di tanah almarhum Mayan yang diwakafkan oleh anak-anak almarhum. Setiap hari, puluhan masyarakat yang berladang di sekitar mushalla ini menunaikan shalat lima waktu di tempat ini.

Mushala Nurul Ihsan Kutianyie Sungai Nanam.“Sejak mushalla ini berdiri tahun 2015, masih belum memiliki tempat wuduk yang layak. Untuk buang air besar terpaksa memanfaatkan banda (sungai kecil) di samping mushalla. 

Selain itu teras mushalla juga belum bisa dikatakan layak, juga memiliki rumah gharim.,Namun dengan semangat seluruh pengurus dan kelurga besar Kutianyie serta dukungan dari kaum Muslimin dan Muslimat serta berbagai pihak,Kini mimpi untuk memiliki tempat wudhuk yang layak telah mulai terwujud,walaupun dengan segala kekurangan dan juga kondisi berhutang pada salah satu toko bangunan di alahan Panjang dan pada salah seorang jamaah,yang ditotal hutang pembangunan ini lebih kurang Rp 15.000.000,Lima belas juta rupiah” ujar Edison, Ketua mushalla Nurul Falah sekaligus mamak kaum Kutianyie.

Sementara itu,Ketua pembangunan Mushala Nurul Ihsan Kutianyie , Masriwal, M.BG, S.A.P. mengatakan setidaknya dibutuhkan lebih kurang Rp70 Juta dana untuk lanjutan pembangunan tempat wudhu,yang layak,Rumah Imam dan gharim,Serta untuk pembangunan ruang pondok Tahfiz Al-Qur,an yang direncanakan untuk Pembinaan Pondok Tahfiz anak Yatim/Piatu/Dhuafa,serta untuk umum dan juga lansia.

Karena kurangnya dana ,Pembangunan dilaksanakan secara bertahap,dan pengurus terus mencari bantuan,baik berupa infak,sadaqah,wakaf dan bantuan bahan bangunan serta lainya, ia berharap sumbangan dari masyarakat dan berbagai pihak untuk kelanjutan pembangunan tempat ibadah yang terbengkalai ini.

“Pengurus terus berupaya membuat ladang serta mengumpulkan dari masyarakat dan keluarga besar Kutianyie baik di kampung maupun di rantau,Kaum Muslimin dan Muslimat,Para dermawan,donatur. Alhamdulillah kas yang awalnya ada lebih kurang Rp8,5 juta,” kata Masriwal.“Ada juga sumbangan dari sahabat jemaah di Malaysia melalui Encik Nor Hisham Bin Mohd. Radzali memberikan sumbangan untuk pembangunan tempat wudhu sebanyak Rp13 juta ditambah infak dari para dermawan sampai awal Ramadhan 1444H sebanyak 10 juta rupiah dan pinjaman selama 5 bulan pada salah seorang jamaah (Fatmawati/Dasril )10 juta rupiah sehingga dana terkumpul sebanyak 42 juta 500 ribu rupiah dari biaya yang dibutuhkan 75 juta rupiah,” lanjutnya.

Sementara itu Wali Nagari Sungai Nanam Delfi, S.Sos.ketika bincang-bincang dengan pengurus mengatakan “Mushalla yang berada di tengah hamparan ladang warga ini layak mempunyai fasilitas baik. ini adalah satu-satunya mushalla yang ada di Kutianyie, Sawah Jorong Pasa, Nagari Sungai Nanam. 

Di sini juga dilewati jalan usaha pertanian, berada di Kantor Wali Nagari Sungai Nanam-Rumpuik Takapuang-Kuitanyie Sawah-Subarang Tabek-Aie Muro,Jalannya juga sangat butuh pengedaman, pengecoran.Pemerintahan nagaripun terus mendorong dan berupaya membantu mencarikan peluang peluang bersama pengurus dan masyarakat Kutianyie mendapatkan dana Pokir DPR RI,DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten. Serta swadaya masyarakat juga sudah yang sangat luar biasa,” sebut Delfi

Sementara itu kepala jorong Pasa Sungai Nanam juga sangat mengapresiasi semangat para pengurus mushalla Nurul Ihsan Kutianyie yang begitu antuasias dalam upaya membangunan Mushalla Nurul Ihsan ini,Tempat ibadah yang layak dan bersih, kegiatan ibadah dan tempat bagi anak-anak untuk mengaji dan menimba ilmu keagamaan pun akan lebih nyaman.

Apalagi pengurus juga memiliki cita-cita untuk mendirikan sekolah Quran atau Pondok Tahfiz untuk anak yatim piatu yang biayanya akan ditanggung pengurus dibantu masyarakat.Serta berkeinginan memiliki rumah untuk Imam dan gharim.,Ujar Suardi

Sementara malam saat ceramah H.Ali Ashari,Lc,Senin,28 Maret 2023,Salah seorang ustad asal Sungai Nanam yang telah 21 tahun di Mesir dan saat ini kembali menetap dikampung halaman Sungai Nanam dalam pesan tausiahnya “mendoakan,Semoga Allah SWT memberikan keberkahan dang anti reski lebih baik atas infak,sadqah,wakaf dan bantuan lainnya.

Juga menghimbau kepada masyarakat .Donatur dan dermawan ,kaum Muslimin dan Muslimat yang ingin berinfaq
,bersadaqah,berwakaf untuk pembiayaan pembangunan fasilitas tempat wudhuk,
rumah imam dan gharim serta saung Pondok Tahfiz Al-Qur,an Mushalla Nurul Ihsan Kutianyie yang sedang berlangsung dapat mengirimkan melalui rekening Bank Nagari cabang Alahan Panjang: Bank (118)No rek.2300210149361 An.Mushalla Nurul Ihsan Kutianyie atas nama Mushalla Nurul Ihsan” Ujar Ustad Ali Azhari,Lc

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Batimbang Salah: Tradisi Adat Penegak Norma Sosial di Nagari Salimpek

Kabar  Gumanti TV      Fhoto Sari Marajo : Niniek mamak nan           Ampek Suku di jorong Salimpek. Nagari Salimpek, Lembah Gumanti,  gumantitv.online  —  Tradisi Batimbang Salah merupakan salah satu bentuk pelaksanaan hukum adat Minangkabau yang hingga kini masih lestari di Nagari Salimpek, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Tradisi ini menjadi cerminan kearifan lokal dalam menjaga tatanan sosial dan nilai-nilai budaya yang diwariskan turun-temurun. Pelaksanaan tradisi Batimbang Salah digelar di Balai Adat Salimpek dan melibatkan seluruh unsur pemangku adat, termasuk Niniak Mamak dari seluruh suku yang ada di nagari. Menurut penuturan Dt. Majo Nan Kayo, salah satu tokoh adat di Nagari Salimpek, tradisi ini bukan sekadar seremoni, melainkan bentuk konkret penegakan hukum adat bagi warga yang melanggar norma adat Minangkabau.   “Tradisi ini bersifat terbuka agar menjadi pelajara...

Nagari Salimpek: Harmoni Alam, Adat, dan Agama di Lembah Bukit Barisan

Kabar  Gumanti TV     Fhoto kantor Wali Nagari Salimpek Lembah Gumanti,  gumantitv.online  — Nagari Salimpek merupakan salah satu nagari yang terletak di kawasan pegunungan Bukit Barisan, tepatnya di Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Terkenal sebagai penghasil bawang merah, aneka sayuran, cabe, dan peternakan kelinci, nagari ini juga menyimpan potensi wisata dan budaya yang kental dengan nilai-nilai adat serta ajaran agama Islam. Struktur Wilayah dan Kependudukan Nagari Salimpek terbagi ke dalam tujuh jorong (wilayah administrasi setingkat dusun), yaitu: 1. Tanjung Balit 2. Taratak Baru 3. Sungai Talang 4. Sibu-bua 5. Salimpat 6. Lipek Pageh 7. Aie Karuah Dengan jumlah penduduk sebanyak 9.438 jiwa per tahun 2023, pembagian jorong ini menjadi tulang punggung pemerataan pembangunan dan pemerintahan nagari. Kondisi Geografis dan Potensi Ekonomi Nagari ini berbatasan dengan Nagari Alahan Panjang, Sungai Nanam, dan Kecamatan Hilir...

Viral Penjual Cendol Asal Batusangkar di Belanda, Bukti Jiwa Dagang Orang Minang Tak Kenal Batas

Kabar  Gumanti TV Jakarta,  gumantitv.online  —  Sebuah video yang diunggah oleh pengguna TikTok bernama @khaerulafandi10 tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial. Dalam video yang diposting pada Minggu, 20 Juli 2025, Khaerul—seorang WNI asal Jawa Barat yang sedang berada di Belanda—merekam momen saat dirinya membeli minuman tradisional khas Indonesia, cendol, dari seorang penjual kaki lima di negeri kincir angin tersebut. Dalam video berdurasi kurang dari satu menit itu, Khaerul dengan ramah bertanya kepada sang penjual, “Ibu asalnya dari mana?” Dengan tersenyum, sang ibu menjawab, “Saya dari Batusangkar.” Tak puas dengan jawaban itu, Khaerul kembali bertanya, “Batusangkar itu di mana, Bu?” Sang ibu pun menjelaskan bahwa Batusangkar adalah sebuah kota kecil yang terletak dekat Bukittinggi, Sumatra Barat. Percakapan ringan itu diselingi gelak tawa hangat, sembari sang ibu dengan cekatan mengaduk dan menyajikan segelas cendol untuk Khaerul. Meja ...