Langsung ke konten utama

Guru Madrasah di Demak Didenda Rp 25 Juta Usai Diduga Menampar Murid, Wali Murid Ternyata Caleg Gagal

Kabar Gumanti TV
Demak, gumantitv.online — Dunia pendidikan kembali diguncang kabar kontroversial. Seorang guru madrasah diniyah (madin) di Desa Ngapel, Kecamatan Jatirejo, Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, diberitakan harus membayar denda sebesar Rp 25 juta kepada wali murid usai diduga menampar salah satu anak didiknya.

Peristiwa ini terjadi pada awal Juli 2025, namun menjadi viral di media sosial sejak Senin (15/7/2025). Guru madin yang belum disebutkan identitasnya tersebut disebut-sebut menampar seorang murid dalam suasana kelas. Belum ada penjelasan resmi soal latar belakang tindakan tersebut, namun pihak wali murid langsung menuntut pembayaran denda dalam jumlah besar.

Wali murid bernama Siti Mualimah menjadi sorotan publik. Setelah ditelusuri, ia merupakan mantan calon legislatif (caleg) DPRD Kabupaten Demak dari Pemilu 2024 yang gagal meraih kursi. Fakta ini menimbulkan reaksi luas, terutama dari kalangan pendidik dan masyarakat setempat yang menilai tindakan itu kurang berempati terhadap profesi guru.

 “Kami tidak membenarkan kekerasan dalam bentuk apapun, termasuk oleh guru. Tapi cara menyelesaikan masalah ini dengan denda puluhan juta rupiah jelas bukan jalan adil, apalagi untuk guru madin yang digaji sangat minim,” tegas KH. Mustofa Alawi, tokoh agama dan pengasuh pondok pesantren di Karanganyar.

  “Yang kami sesalkan bukan hanya dendanya, tapi sikap seorang tokoh publik seperti Bu Siti. Sebagai eks-caleg, seharusnya beliau jadi panutan dalam menyelesaikan masalah secara bermartabat,” tambah Ustazah Laila Zahra, ketua Forum Guru Madin Demak.

Respons Masyarakat dan Wali Murid Lainnya

Masyarakat Desa Ngapel dan wali murid lainnya pun angkat suara atas polemik tersebut. Banyak yang mengaku terkejut atas tindakan Siti Mualimah dan menyayangkan pendekatan yang digunakan.

 “Anak saya juga diajar oleh guru yang sama. Beliau tegas, tapi tidak kasar. Kalau pun ada insiden, harusnya diselesaikan secara kekeluargaan. Denda Rp 25 juta itu sangat memberatkan,” ujar Suryani (43), wali murid yang anaknya kini duduk di kelas 4 madin.

  “Kami tahu Bu Siti dulunya nyaleg, tapi jangan bawa mental politik ke sekolah. Di sini, guru madin itu dihormati, mereka bekerja hampir tanpa digaji demi mendidik anak-anak kami mengaji dan belajar akhlak,” ungkap Muhammad Rofi’i (38), warga setempat yang juga pengurus RT.

  “Kalau semua masalah guru langsung dibawa ke uang, siapa yang nanti mau ngajar anak-anak kita di madin?” kata Bu Warsinah (52), penjual sembako di sekitar lokasi madrasah.

Tuntutan Perlindungan Hukum bagi Guru Madin

Sejumlah organisasi guru madin kini mulai menyuarakan perlunya perlindungan hukum bagi tenaga pendidik nonformal, khususnya di madrasah diniyah. Lembaga seperti Persatuan Guru Madrasah Diniyah (PGMD) Jawa Tengah menyatakan siap mendampingi guru yang terlibat dalam kasus ini.

 “Kami sedang mengumpulkan data dan siap memberikan pendampingan hukum. Ini bukan hanya soal satu guru, tapi menyangkut marwah guru madin se-Indonesia,” tegas Dr. H. Mufid Salim, MA, Ketua PGMD Jawa Tengah.

Sampai saat ini, pihak Kementerian Agama Kabupaten Demak belum memberikan keterangan resmi terkait langkah mediasi atau penanganan kasus.

Redaksi GumantiTV.online
"Bersama Menumbuhkan Media, Membangun Wawasan Masyarakat"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Batimbang Salah: Tradisi Adat Penegak Norma Sosial di Nagari Salimpek

Kabar  Gumanti TV      Fhoto Sari Marajo : Niniek mamak nan           Ampek Suku di jorong Salimpek. Nagari Salimpek, Lembah Gumanti,  gumantitv.online  —  Tradisi Batimbang Salah merupakan salah satu bentuk pelaksanaan hukum adat Minangkabau yang hingga kini masih lestari di Nagari Salimpek, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Tradisi ini menjadi cerminan kearifan lokal dalam menjaga tatanan sosial dan nilai-nilai budaya yang diwariskan turun-temurun. Pelaksanaan tradisi Batimbang Salah digelar di Balai Adat Salimpek dan melibatkan seluruh unsur pemangku adat, termasuk Niniak Mamak dari seluruh suku yang ada di nagari. Menurut penuturan Dt. Majo Nan Kayo, salah satu tokoh adat di Nagari Salimpek, tradisi ini bukan sekadar seremoni, melainkan bentuk konkret penegakan hukum adat bagi warga yang melanggar norma adat Minangkabau.   “Tradisi ini bersifat terbuka agar menjadi pelajara...

Nagari Salimpek: Harmoni Alam, Adat, dan Agama di Lembah Bukit Barisan

Kabar  Gumanti TV     Fhoto kantor Wali Nagari Salimpek Lembah Gumanti,  gumantitv.online  — Nagari Salimpek merupakan salah satu nagari yang terletak di kawasan pegunungan Bukit Barisan, tepatnya di Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Terkenal sebagai penghasil bawang merah, aneka sayuran, cabe, dan peternakan kelinci, nagari ini juga menyimpan potensi wisata dan budaya yang kental dengan nilai-nilai adat serta ajaran agama Islam. Struktur Wilayah dan Kependudukan Nagari Salimpek terbagi ke dalam tujuh jorong (wilayah administrasi setingkat dusun), yaitu: 1. Tanjung Balit 2. Taratak Baru 3. Sungai Talang 4. Sibu-bua 5. Salimpat 6. Lipek Pageh 7. Aie Karuah Dengan jumlah penduduk sebanyak 9.438 jiwa per tahun 2023, pembagian jorong ini menjadi tulang punggung pemerataan pembangunan dan pemerintahan nagari. Kondisi Geografis dan Potensi Ekonomi Nagari ini berbatasan dengan Nagari Alahan Panjang, Sungai Nanam, dan Kecamatan Hilir...

Viral Penjual Cendol Asal Batusangkar di Belanda, Bukti Jiwa Dagang Orang Minang Tak Kenal Batas

Kabar  Gumanti TV Jakarta,  gumantitv.online  —  Sebuah video yang diunggah oleh pengguna TikTok bernama @khaerulafandi10 tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial. Dalam video yang diposting pada Minggu, 20 Juli 2025, Khaerul—seorang WNI asal Jawa Barat yang sedang berada di Belanda—merekam momen saat dirinya membeli minuman tradisional khas Indonesia, cendol, dari seorang penjual kaki lima di negeri kincir angin tersebut. Dalam video berdurasi kurang dari satu menit itu, Khaerul dengan ramah bertanya kepada sang penjual, “Ibu asalnya dari mana?” Dengan tersenyum, sang ibu menjawab, “Saya dari Batusangkar.” Tak puas dengan jawaban itu, Khaerul kembali bertanya, “Batusangkar itu di mana, Bu?” Sang ibu pun menjelaskan bahwa Batusangkar adalah sebuah kota kecil yang terletak dekat Bukittinggi, Sumatra Barat. Percakapan ringan itu diselingi gelak tawa hangat, sembari sang ibu dengan cekatan mengaduk dan menyajikan segelas cendol untuk Khaerul. Meja ...